Badiuzzaman dan Kebangkitan Tauhid

Menjelang kejatuhan Kekhalifaan Turki Usmani, lahirlah bayi ajaib, Said ( 1877-1960). Kelak orang tersebut menjadi mujadid, tokoh utama gerakan Islam di Kebangkitan Turki. Sebutan ‘Nursi’ disematkan pada namanya dikarenakan beliau lahir di Desa Nurs (Anatolia Timur). Sedangkan julukan “Badiuzzaman” merupakan penghargaan dari pengikutnya dikarenakan kecerdasan serta kebpribadiannya  dalam memahami Sains Modern dan literature Islam Klasik. Khilafah terakhir ini dalam sejarah Islam mampu bertahan selama 600 tahun (1288 – 1923 M). Akhirnya harus jatuh dikarenakan kemunduran umat Islam serta rendahnya moral para pejabat pada masa itu. Kalangan sekuler lebih memilih mengatakan bahwa penyebab kejatuhan adalah kekuasan absolut dan stagnasi di tangan para khalifah.

Turki merupakan Bangsa Muslim  besar sejak Sultan ke-7 Turki Usmani , Muhammad Al-Fatih membebaskan konstantinopel (1453 M).   Konstatinopel sebelum berganti nama menjadi Islambul (Istambul) – menjadi pusat Kekaisaran  Romawi Timur, Byzantium. Agama resminya adalah Kristen Ortodoks. Muhammad Al Fatih ini berhasil merealisasikannubuwwah[i] bahwa konstantinopel akan jatuh di tangan Islam melalui pemimpin dan pasukan terbaik. Munculnya Said Nursi merupakan sejarahnya panjang dari perjuangan Islam di Turki sejak dibawah kekuasaaan Sang Fatih.

Secara garis besar, kehidupan Said Nursi dibagi menjadi tiga periode, yakni Said al-Qodim (1977-1923) yang merupakan periode panjang kehidupan Said Nursi yang bergumul dan terlibat langsung dengan pergerakan-pergerakan politik dalam pemerintahan Turki Usmani. Periode kedua adalah Sa’îd al-Jadîd  (1924 – 1950) yang merupakan periode yang penuh dengan perenungan intelektual tentang nasib umat Islam yang berhadapan dengan ideologi-ideologi modern dengan usaha-usaha abrasi keimanan yang sistematis. Sedangkan periode ketiga adalah Said al-Tsâlits (1950 – 1960) yakni periode Said Nursi yang seluruh hidupnya diserahkan kepada pembinaan umat Islam dengan mengajarkan ilmu al-Qur’an kepada masyarakat tentang pentingnya iman bagi tegaknya kedamaian abadi dunia dan akhirat.

Di sepanjang hidupnya, Fethullah Gulen mengatakan bahwa  ada dua sifat yang tidak pernah hilang dari Said Nursi, yaitu: pertama, kepribadiannya sebagai sosok yang sangat peka terhadap kondisi umat sehingga membentuknya menjadi pribadi penuh cinta yang selalu bersemangat dan sangat terhormat dalam berdakwah; kedua, kualitasnya sebagai cendekiawan ulung yang selalu seimbang dalam segala hal.

Permasalahan uatama yang dihadapi oleh Turki meliputi 3 hal : kebodohan, kemiskinan, dan konflik. Inilah yang mejadi pokok perjuangan Said Nursi, “Musuh kami adalah kebodohan, kemiskinan dan konflik. Kami harus melancarkan serangan lewat perang suci untuk menyerang tiga musuh tersebut dengan senjata industri, pendidikan dan persatuan.” 

Badiuzzaman
Badiuzzaman

Sekulerisme Ekstrem

Bergantinya kekhalifaan menjadi Negara Republik Turki (1924) merupakan kemenangan Kaum Sekuler yang dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha. Akhir kejatuhan Turki ini, sebelumnya  ditandai  oleh era Tanzimat. Sekelompok intelektual baik Usmani Muda maupun Turki Muda yang lebih mengagungkan peradaban Barat. Mereka menawarkan pemerintahan konstitusi untuk membatasi keabsolutan Sultan.

Bentuk Sekuler yang diterapkan oleh Kemalisme adalah rekontruksi identitas baru yang berpijak pada prinsip anti-Usmaniyah dan anti-Islamisme. Kemal berargumen bahwa sejarah Turki Kuno (pra-Islam) pada dasrnya telah memiliki akar modernism dan demokrasi. Namun dalam perkembangannya, nilai-nilai tradisional pupus oleh masuknya Islam dan eksistensi Dinasti Usmani. Oleh karena itu revolusi Kemalisme dianggap bangsa Turki sebagai upaya pembebasan dan mengembalikan Turki  (Turanisme) kepada sumber peradaban (barat).  Prinsip yang diterapkan adalah sekulerisme dan westernisasi yang didukung sepenuhnya oleh kekuatan militer Turki.

Kebijakan ekstrem yang diberlakukan antara lain : (1) UU Syariah Islam diganti UU Sipil Swis dan Pidana Italia. (2) Penutupan Madrasah (3) Pelarangan Jilbab (4) Penggantian huruf dari Arab ke Latin (5) Turkifikasi Al Quran, dan (6) Adopsi kebudayaan eropa yang hedonis. Menurut Bernard Lewis (Ahmad Dzakirin, 2012) target sekulerisme Kemal memang tidak dalam rangka menghancurkan eksistensi Islam, namun lebih merupakanupaya de-legitimasi struktur Islam dalam kehidupan sosial dan politik serta menghilangkan pengaruhnya dalam akal dan hati masyarakat Turki.

Inilah masa peralihan dari Said Lama kepada Said Baru. Said Lama adalah Said yang berpolitik praktis dengan menerjunkan diri dalam pancaroba kultur Turki. Said Baru merupakan masa pengabdiannya pada al-Qur’an dengan menafsirkannya kemudian menyebarkan dalam bentuk risalah-risalah. Seluruh isi interpretasinya terhadap al-Qur’an merupakan respon langsung atas berkembangnya pola pikir yang materialistis, positivistis dan bahkan ateistis. Ajaran-ajaran Nursi mampu membangkitkan semangat ketauhidan di Turki Anatolia yang terkenal dengan sebutan Nurculuk.

Seluruh ajaran tersebut kemudian dikumpulkan oleh Said Nursi dan diterbitkan oleh para muridnya dengan nama Risale-i Nur dan disebarkan ke negara-negara Eropa, Amerika dan Asia.  Secara garis besar isi Risale-i Nur dapat dikelompokkan menjadi tema besar yakni: (1) menumbuhkan kesadaran tauhid umat Islam, (2) menghadapi perkembangan intelektual yang bernuansa filsafat materialisme dan positivisme, dan (3) menampilkan kesadaran kolektif dengan menghidupkan masyarakat yang berbasis satu Islam.

Sekalipun tidak bisa dikatakan kitab tafsir dalam arti seperti kitab tafsir al-Kasysyâf, al-Marâgi, Ibn Katsîr dan lain-lain, Risale-i Nur tetap memuat interpretasi ayat-ayat al-Qur’an secara tematis dengan langsung mengacu pada persoalan yang dihadapi Said Nursi saat itu. Jadi Risale-i Nur lebih tepat dikatakan sebagai wijâ’ [perisai] yang terdiri dari interpretasi ayat al-Qur’an untuk mempertahankan akidah dan iman dari serangan faham-faham materialisme dan naturalisme.

Inspirator Kebangkitan

Tokoh dunia Islam yang hidup se-zaman dengan Said Nursi antara lain : (1)  M. Abduh dan Jamaludin Al Afghani (Mesir), (2) M. Surur (Syiria), (3) HOS Tjokroaminoto, KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asyari (Indonesia). Mereka semua memiliki tema sentral, yaitu kebangkitan. Sebuah respon terhadap kondisi umat Islam dibawah kolonialisme dan era kejatuhan Turki Usmani.

Respon dunia Islam terhadap kolonialisme (ekspansi Barat) terutama pada abad ke-19 menurut Ibrahim M. Abu Rabi (Zulfahmi, 2014) adalah munculnya gerakan Islam dalam tiga jenis pemikiran, yaitu : modernisasi, nasionalisasi, dan Islam religious. Sedangkan gerakan kebangkitan Islam dibagi menjadi empat periode, yakni pra-kolonial, kolonial, pascakolonial, dan pasca pembentukan Negara bangsa. Badiuzzaman Said Nursi, Ulama Kharismatis, dapat dikategorikan sebagai gerakan Islam kolonial. Karena tumbuh dan berkembang pada masa runtuhnya Khilafah Usmani dan munculnya Negara Republik dengan tokohnya, Mustafa Kemal.

Said Nursi turut memberikan corak gerakan Islam selanjutnya dalam menjalankan aktivitas dakwah  dengan cara yang santun dan semangat persaudaraan. Nursi merupakan teladan yang kuat dalam menghadapi rezim Mustofa Kemal yang pro barat. Sampai akhir hayat beliau, hampir tidak ada gesekan fisik (pemberontakan) dalam menyampaikan Islam. Meskipun beberapa sarjana melupakan Nursi dalam pembahasan-pembahasan mereka mengenai sejarah intelektual Islam modern, pengaruh Nursi pada semua generasi cendekiawan keagamaan Turki pada era pemerintahan republik sungguh besar.

Ada tiga gerakan Islam Turki yang mewarisi perjuangan Said Nursi, diantaranya  (1) Gerakan Nurculuk, (2) Gullen Movement dengan tokoh utamanya Fethullah Gullen, dan (3)Miligorus (Prof. Necmettin Erbakan.

(1) Gerakan Nurculuk

Gerakan Nurculuk  merupakan pengikut Nursi yang menyebarkan ajaran Risalah an-Nurbaik di Turki maupun seluruh dunia. Pengikut Nursi ini kebanyakan dipandu oleh etika al-Quran sebagaimana ditafsirkan dan dipraktikkan Nursi sendiri. Risalah tidaklah dimaksudkan dan tidak berfungsi sebagai pengganti al-Quran; sebaliknya, ia adalah penjelasan al-Quran dengan kacamata ilmu-ilmu modern dan dikaitkan dengan tantangan-tantangan berat yang memengaruhi dunia Islam modern.

(2) Gullen Movement

Fethullah Gulen (1938 – ) bukanlah murid langsung dari Badiuzzaman Said Nursi. Beliau berkenalan dengan risalah an-Nur  melalui murid Said Nursi, Mehmed Kirkinci. Institusi yang dibangun Gulen dan pengikutnya dengan semangat hizmet telah merambah seluruk pelosok Turki. Bahkan tersebar di lebih 90 Negara, termasuk Indonesia. Sektor yang dibangun oleh GM meliputi : pendidikan (Pasiad), media (Zaman), lembaga bantuan kemanusian (Kimse Yok Mu), dan lembaga keuangan (asya finance). Bagi Gulen, “melayani manusia berarti melayani Tuhan.”

(3) Mili gorus (Islamis)

Mili Gorus  adalah gerakan Islam politik yang didukung pengembangan  kekuatan  bisnis dan investasi secara luas baik di dalam maupun luar negeri (imigran Turki).  Pelopor Mili Gorus adalah Prof. Necmetin Erbakan. Seorang Insinyur, akademisi, dan islamis yang berjuang mempertahankan identitas Islam di tengah sekulerisme. Selain itu beliau merupakan murid Syaikh Zahid Kotku, Pemimpin Tarekat Naqsabandiyah yang menyokong Gerakan Nursiyah.

Ia merupakan pendiri partai Islam yang berganti-ganti nama karena dibubarkan Pemerintah serta kudeta berkali-kali. Mili Nizam Partisi (1970-1971), Mili Salamat Partisi (1972 – 1980),Refa Partisi (1987 – 1996), dan Fezilet Partisi (1998 – 2001). Selanjutnya muncul murid Erbakan, namun berbeda strategi dengan gurunya (Hoca) tersebut, yaitu Recep Tayip Erdogan Abdullah Gul. Mereka dengan Adalet ve Kalkinma Partisi (2002 – ) tampil lebih moderat, tidak menampakkan identitas Islam, dan melakukan re-intepretasi terhadapkemalism. Akhirnya Erdogan dan AKP mampu menjadi penguasa Turki hingga saat ini.

Surabaya, 7 Februari 2015

Anjaya Wibawana
Ketua Griya Madani Indonesia (GMI)

 

Rujukan  :

Dzakirin, Ahmad, Kebangkitan Pos Islamisme : Analisis Strategi dan Kebijakan AKP Turki Memenangkan Pemilu. Era Adicitra Intermedia, 2012

Sukran Vahide, The Author of The Risale-i Nur: Bediüzzaman Said Nursi (Bahasa Indonesia). Istambul: Sozler Publication, 1992

Zulfahmi, Fethullah Gulen : Sang Inspirator Gerakan Damai Masyarakat Sipil di Turki. Universitas Indonesia, 2014

 

 

—————————————————————————

[i] لَتُفْتَحَنَّ الْقُسْطَنْطِينِيَّةُ فَلَنِعْمَ الْاَمِيرُ اَمِيرُهَا وَلَنِعْمَ الْجَيْشُ ذَلِكَ الْجَيْشُ

“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR. Al Hakim)

Recommended For You

About the Author: Anjaya Wibawana

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *